Sebagian besar orang
menilai bahwa cinta itu merupakan suatu hal yang rumit, pelik dan wasting time. Bagi mereka, cinta identik
dengan fantasi, kecenderungannya hal itu selalu membuat pikiran bercabang, menyebabkan
ketidakfokusan, bahkan kadang dapat membuat seseorang menjadi gila. Tak dapat
dipungkiri bahwa cinta merupakan setabur bumbu kehidupan yang mau tak mau harus
terasa dan dirasakan dalam perjalanan kehidupan.
Bukan cinta namanya jika tidak membekas. Apakah bekas itu berupa goresan kepahitan, irisan kepedihan, atau guratan kebahagiaan? Hampir setiap orang pernah mengalaminya. Kenangan......itulah nama dari bekas yang dilukis oleh cinta. Bagi orang-orang tertentu, kenangan – kenangan tersebut mampu menginspirasi kehidupan mereka, namun bagi orang-orang yang lain, kenangan tersebut bisa menjadi jurang kehancuran mereka.
Ketika sang penulis Love Magician Book, Bartolomeus Kristi bertanya, ”Cinta itu terbuat dari apa?”. Tak ada seorang pun yang mampu melontarkan jawaban yang tepat. Pertanyaan tersebut memang tidak memiliki jawaban, melainkan bermaksud memberikan analogi bahwa cinta itu tidak tentu. Terkadang terasa begitu manis, atau teramat pahit, ataupun tiba – tiba menjadi hambar, seakan terjadi perubahan yang kontras, ya itulah cinta. Intinya, terbuat dari apakah cinta itu? Hanya pertanyaan yang tidak bisa dijawab yang melambangkan kemayaan sebuah cinta.
Dalam buku ini, sang
penulis akan berbagi dan memberikan secuil inspirasi berupa pengalaman real
atau nyata dalam menjawab problematika yang cukup kontradiktif dengan kaidah –
kaidah cinta yang kita pegang selama ini. Pengalaman – pengalaman itu akan
terbagi dalam beberapa bab pengalaman yang pastinya ada di dalam cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar